Selasa, 13 Maret 2012

Makalah Tentang Etika dalam Berpacaran


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Adapun judul dari makalah kami ini adalah ETIKA DALAM BERPACARAN.
Etika pergaulan adalah bagian dari hidup kita dalam bermasyarakat. Sehingga seakan-akan hidup kita dibatasi oleh suatu jaringan norma berupa larangan, ketentuan, kewajiban, dan sebagainya. Sekarang yang menjadi bahan pertanyaan dengan norma apakah kita memikirkan etika pergaulan kita, karena etika sendiri merupakan penyelidikan filsafat tentang bidang moral, mengenai kewajiban manusia serta tentang yang baik dan yang buruk.
Etika dalam Alkitab menitik beratkan bukan hanya pada ekspresi lahiriah, melainkan juga pada “ pikiran dalam hati”, motivasi, perasaan, imajinasi, dan sebagainya. Etika sendiri tidak mempersoalkan “apa” atau “siapa” manusia itu, tetapi bagaimana manusia seharusnya bertindak atau berbuat. Etika adalah pertimbangan tingkah laku yang harus bertanggung jawab terhadap Allah dan manusia, bagaimana kita berbuat dan bertindak menurut Firman Tuhan.
Untuk urusan berpacaran, remaja juga harus punya etiket. Menembak’ atau mengutarakan cinta juga ada etiketnya, demikian halnya sopan-santun dalam berkencan, yang paling utama adalah ’say no to sex’. Jangan tertipu oleh janji-janji manis cowok. Misalnya, ‘Aku akan bertanggungjawab kok, aku akan nikahin kamu’. Cowok yang gampang berjanji biasanya gampang mengingkari.
Untuk lebih jelasnya, kita dapat melihat pada pokok pembahasan apa saja yang berkaitan dalam pacaran.
Namun kami menyadari bahwa di dalam makalah kami ini masih banyak terdapat kelemahan-kelemahan. Kami sangat mengharapkan  kritik dan saran dari segenap pembaca,agar dilain kesempatan kami dapat membuat makalah dengan lebih baik lagi.
Atas perhatian nya kami mengucapkan terima kasih. Sekian.
Pematangsiantar , 16 Januari 2012

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.    LATAR BELAKANG
Etika merupakan falsafah moral yang dilandasi agama, budaya, perilaku mana yang baik dan buruk. Etiket itu penjabarannya berdasarkan etika. Etiket adalah aturan sopan santun dan tata cara pergaulan yang baik antara sesama manusia. “Etiket bisa disebut sebagai golden rules yang menyatakan perlakukan orang lain sebagaimana kamu yang ingin diperlakukan. Karena itu, orang yang memahami etiket memperlakukan orang lain dengan baik dan respek, sehingga akan lebih diterima dalam pergaulan.
Etiket bisa diartikan sebagai rambu-rambu yang membantu mengetahui apa yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan dalam situasi tertentu. Hal utama yang juga menjadi dasar dari etiket adalah adat-istiadat atau tradisi dari daerah dan negara tertentu. Prinsip-prinsip dalam etiket selalu tetap, tidak berubah, bersifat universal, dan tak terbatas waktu dan tempat. Terdapat tiga prinsip dalam etiket, yaitu respek, empati dan kejujuran. Sangat penting untuk menunjukkan penghargaan kepada setiap orang dengan kelebihan, kekurangan, kesamaan dan perbedaan yang ada.
Pacaran merupakan suatu tahap menuju jenjang yang lebih tinggi atau pernikahan, atau pacaran dapat juga sebagai tahap membentuk pribadi, atau belajar mempelajari sikap lawan jenis, juga belajar bagaimana dalam menghadapi masalah dalam suatu hubungan, dan bagaimana cara kita menyelesaikan masalah itu.
Pacaran merupakan dua orang dan dua sifat berbeda bertemu menjadi satu, tentu akan banyak perbedaan, maka sangat diperlukan sikap pengertian. dan apabila terjadi ketidakcocokan sangat diperlukan rekonsiliasi. tuntutan tidak akan menyelesaikan masalah, tetapi malah menambah masalah baru, maka sifat pengertian sangat diperlukan, disamping itu tentu harus ada sikap kejujuran dan keterbukaan, dan kepercayaan.
Nah, bagaimana sesungguhnya pacaran yang sesuai etika,nilai dan norma yang berlaku?? Jawaban nya dapat kita temukan pada bagian PEMBAHASAN.
2.    TUJUAN MAKALAH
Adapun tujuan makalah kami ini adalah sebagai berikut.
1.      Menjelaskan Arti Atika
2.      Menjelaskan Jenis – jenis Etika
3.      Menjelaskan Arti Etika dalam Berpacaran
4.      Menjelaskan Dampak Positif dan Negatif dalam Pacaran
5.      Menjelaskan Bagaimana Berpacaran Sesuai Etika yang Baik
 BAB II
PEMBAHASAN

1.    Arti Etika
Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Menurut Martin [1993], etika didefinisikan sebagai “the discipline which can act as the performance index or reference for our control system“.
Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control“, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok social (profesi) itu sendiri. Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat “built-in mechanism” berupa kode etik profesi dalam hal ini jelas akan diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan di sisi lain melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalah-gunaan keahlian (Wignjosoebroto, 1999).
Sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya.
Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara tentang praxis (tindakan) manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak. Tindakan manusia ini ditentukan oleh bermacam-macam norma. Norma ini masih dibagi lagi menjadi norma hukum, norma moral, norma agama dan norma sopan santun.
Norma hukum berasal dari hukum dan perundangundangan, norma agama berasal dari agama sedangkan norma moral berasal dari suara batin. Norma sopan santun berasal dari kehidupan sehari-hari, sedangkan norma moral berasal dari etika. Etika (ethics) berarti moral sedangkan etiket (etiquette)berarti sopan santun

2.   Jenis-jenis Etika
Beberapa pandangan terhadap etika.
Etika dapat ditinjau dari beberapa pandangan. Dalam sejarah lazimnya pandangan ini dilihat dari segi filosofis yang melahirkan etika filosofis, ditinjau dari segi teologis yang melahirkan etika teologis, dan ditinjau dari pandangan sosiologis yang melahirkan etika sosiologis.
A ) Etika filosofis
Etika filosofis adalah etika yang dipandang dari sudut filsafat. Kata filosofis sendiri berasal dari kata “philosophis” yang asalnya dari bahasa Yunani yakni: “philos” yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti kebenaran atau kebijaksanaan. Etika filosofis adalah etika yang menguraikan pokok-pokok etika atau moral menurut pandangan filsafat. Dalam filsafat yang diuraikan terbatas pada baik-buruk, masalah hak-kewajiban, maslah nilai-nilai moral secara mendasar. Disini ditinjau hubungan antara moral dan kemanusiaan secara mendalam dengan menggunakan rasio sebagai dasar untuk menganalisa.
B ) Etika teologis
Etika teologis adalah etika yang mengajarkan hal-hal yang baik dan buruk berdasarkan ajaran-ajaran agama. Etika ini memandang semua perbuatan moral sebagai:
  1. Perbuatan-perbuatan yang mewujudkan kehendak Tuhan ataub sesuai dengan kehendak Tuhan.
  2. Perbuatan-perbuatan sbegai perwujudan cinta kasih kepada Tuhan
  3. Perbuatan-perbuatan sebagai penyerahan diri kepada Tuhan.
Orang beragama mempunyai keyakinan bahwa tidak mungkin moral itu dibangun tanpa agama atau tanpa menjalankan ajaran-ajaran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Sumber pengetahuan dan kebenaran etika ini adalah kitab suci.
C ) Etika sosiologis
Etika sosiologis berbeda dengan dua etika sebelumnya. Etika ini menitik beratkan pada keselamatan ataupun kesejahteraan hidup bermasyarakat. Etika sosiologis memandang etika sebagai alat mencapai keamanan, keselamatan, dan kesejahteraan hidup bermasyarakat. Jadi etika sosiologis lebih menyibukkan diri dengan pembicaraan tentang bagaimana seharusnya seseorang menjalankan hidupnya dalam hubungannya dengan masyarakat.
D )  Etika Diskriptif dan Etika Normatif
Dalam kaitan dengan nilai dan norma yang digumuli dalam etika ditemukan dua macam etika, yaitu :
1. Etika Diskriptif
Etika ini berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam kehidupan sebagai sesuatu yang bernilai. Etika ini berbicara tentang kenyataan sebagaimana adanya tentang nilai dan pola perilaku manusia sebagai suatu fakjta yang terkait dengan situasi dan realitas konkrit. Dengan demikian etika ini berbicara tentang realitas penghayatan nilau, namun tidak menilai. Etika ini hanya memaparkab, karenyanya dikatakan bersifat diskriptif.
2. Etika Normatif
Etika ini berusaha untuk menetapkan sikap dan pola perilaku yang ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam bertindak. Jadi etika ini berbicara tentang norma-norma yang menuntun perilaku manusia serta memberi penilaian dan hiambauan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya Dengan. Demikian etika normatif memberikan petunjuk secara jelas bagaimana manusia harus hidup secara baik dan menghindari diri dari yang jelek.
Dalam pergaulan sehari-hari kita menemukan berbagai etika normative yang menjadi pedoman bagi manusia untuk bertindak. Norma-norma tersebut sekaligus menjadi dasar penilaian bagi manusia baik atau buruk, salah atau benar. Secara umum norma-norma tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a) Norma khusus
Norma khusus adalah norma yang mengatur tingkah laku dan tindakan manusia dalam kelompok/bidang tertentu. Seperti etika medis, etika kedokteran, etika lingkungan, eyika wahyu, aturan main catur, aturan main bola, dll. Di mana aturan tersebut hanya berlaku untuk bidang khusus dan tidak bisa mengatur semua bidang. Misal: aturan main catur hanya bisa dipakai untuk permainan catur dan tidak bisa dipakai untuk mengatur permainan bola.

b) Norma Umum
Norma umum justru sebaliknya karena norma umum bersifat universal, yang artinya berlaku luas tanpa membedakan kondisi atau situasi, kelompok orang tertentu. Secara umum norma umum dibagi menjadi tiga (3) bagian, yaitu :
  • Norma sopan santun.Norma ini menyangkut aturan pola tingkah laku dan sikap lahiriah seperti tata cara berpakaian, cara bertamu, cara duduk, dll. Norma ini lebih berkaitan dengan tata cara lahiriah dalam pergaulan sehari-hari, amak penilaiannnya kurang mendalam karena hanya dilihat sekedar yang lahiriah.
  • Norma hukum.Norma ini sangat tegas dituntut oleh masyarakat. Alasan ketegasan tuntutan ini karena demi kepentingan bersama. Dengan adanya berbagai macam peraturan, masyarakat mengharapkan mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan bersama. Keberlakuan norma hukum dibandingkan dengan norma sopan santun lebih tegasdan lebih pasti karena disertai dengan jaminan, yakni hukuman terhadap orang yang melanggar norma ini. Norma hukum ini juga kurang berbobot karena hanya memberikan penilaian secara lahiriah saja, sehingga tidak mutlak menentukan moralitas seseorang.
  •  Norma moral. Norma ini mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia. Norma moral menjadi tolok ukur untuk menilai tindakan seseorang itu baik atau buruk, oleh karena ini bobot norma moral lebih tinggi dari norma sebelumnya. Norma ini tidak menilai manusia dari satus segi saja, melainkan dari segi manusia sebagai manusia. Dengan kata lain norma moral melihat manusia secara menyeluruh, dari seluruh kepribadiannya. Di sini terlihat secara jelas, penilannya lebih mendasar karena menekankan sikap manusia dalam menghadapi tugasnya, menghargai kehidupan manusia, dan menampilkan dirinya sebgai manusia dalam profesi yang diembannya. Norma moral ini memiliki ciri-ciri yaitu :
1. Norma moral merupakan norma yang paling dasariah, karena langsung mengenai inti pribadi kita sebagai manusia.
2. Norma moral menegaskan kewajiban dasariah manusia dalam bentuk perintah atau larangan.
3. Norma moral merupakan norma yang berlaku umum
4. Norma moral mengarahkan perilaku manusia pada kesuburan dan kepenuhan hidupnya sebgai manusia.
E ) Etika Deontologis
Istilah deontologis berasal dari kata Yunani yang berati kewajiban, etika ini menetapkan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Argumentasi dasar yang dipakai adalah bahwa suatu tindakan itu baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibat atau tujuan baik dari suatu tindakan, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri baik pada dirinya sendiri.
Dari argumen di atas jelas bahwa etika ini menekankan motivasi, kemauan baik, dan watak yang kuat dari pelaku, lepas dari akibat yang ditimbulkan dari pelaku. Menanggapi hal ini Immanuel kant menegaskan dua hal:
  •  Tidak ada hal di dinia yang bisa dianggap baik tanpa kualifikasi kecuali kemauan baik. Kepintaran, kearifan dan bakat lainnya bisa merugikn kalau tanpa didasari oleh kemauan baik. Oleh karena itu Kant mengakui bahwa kemauan ini merupakan syarat mutlak untuk memperoleh kebahagiaan.
  •  Dengan menekankan kemauan yang baik tindakan yang baik adalah tindakan yang tidak saja sesuai dengan kewajiban, melainkan tindakan yang dijalankannya demi kewajiban. Sejalan dengan itu semua tindakan yang bertentangan dengan kewajiban sebagai tindakan yang baik bahkan walaupun tindakan itu dalam arti tertentu berguna, harus ditolak.
Namun, selain ada dua hal yang menegaskan etika tersebut, namun kita juga tidak bisa menutup mata pada dua keberatan yang ada yaitu:
  • Bagaimana bila seseorang dihadapkan pada dua perintah atau kewajiban moral dalam situasi yang sama, akan tetapi keduanya tidak bisa dilaksankan sekaligus, bahkan keduanya saling meniadakan.
  • Sesungguhnya etika seontologist tidak bisa mengelakkan pentingnya akibat dari suatu tindakan untuk menentukan apakah tindakan itu baik atau buruk.
F ) Etika Teleologis
Teleologis berasal dari bahasa Yunani, yakni “telos” yang berati tujuan. Etika teleologis menjadikan tujuan menjadi ukuran untuk baik buruknya suatu tindakan. Dengan kata lain, suatu tindakan dinilai baik kalau bertujuan untuk mencapai sesuatu yang baik atau kalau akibat yang ditimbulkan baik.

Guna Etika:
1. Etika membuat kita memiliki pendirian dalam pergolakan berbagai pandangan moral yang kita hadapi.
2. Etika membenatu agar kita tidak kehilangan orientasi dalam transformasi budaya, sosial, ekonomi, politik dan intelektual dewasa ini melanda dunia kita.
3. Etika juga membantu kita sanggup menghadapi idiologi-idiologi yang merebak di dalam masyarakt secara kritis dan obeyktif.
4. Etika membantu agamawan untuk menemukan dasar dan kemapanan iman kepercayaan sehingga tidak tertutup dengan perubahan jaman.

3. Etika dalam berpacaran

1.   Arti Pacaran

Pacaran merupakan suatu tahap menuju jenjang yang lebih tinggi atau pernikahan, atau pacaran dapat juga sebagai tahap membentuk pribadi, atau belajar mempelajari sikap lawan jenis, juga belajar bagaimana dalam menghadapi masalah dalam suatu hubungan, dan bagaimana cara kita menyelesaikan masalah itu.

Dalam berpacaran juga sangat diperlukan restu orang tua, karena orang tua merupakan wali Tuhan di dunia dan orang tua pasti menginginkan yang terbaik bagi kita

Pacaran merupakan dua orang dan dua sifat berbeda bertemu menjadi satu, tentu akan banyak perbedaan, maka sangat diperlukan sikap pengertian. dan apabila terjadi ketidakcocokan sangat diperlukan rekonsiliasi. tuntutan tidak akan menyelesaikan masalah, tetapi malah menambah masalah baru, maka sifat pengertian sangat diperlukan, disamping itu tentu harus ada sikap kejujuran dan keterbuakaan, dan kepercayaan.
Pacaran itu pasti akan timbul hal-hal yang baik maupun tidak, artinya kalau pacaran itu dijalankan sesuai dengan aturannya, kemudian tidak macam-macam yang artinya tidak melanggar jalur yang ditetapkan Tuhan, maka sebagian besar akan menjalankannya dengan penuh kebahagiaan. Namun sebaliknya, apabila pacaran itu dijalankan dengan semau saya, kemudian tidak takut pada Tuhan, maka jangan harap berkibat baik.

Di dunia bebas apalagi di Negara kita yang sudah 60 tahun merdeka, Anda bebas berpacaran, tetapi bebas dalam pengertian bukan sembarangan. Tetap saja ada batas-batasnya, ada batas etika, moral ,sopan santun. Kalau anda berani melanggarnya, maka resiko akan ditanggung sendiri. Lalu sekarang apa yang dimaksud dengan berpacaran yangwajar?

1. Pacar itu jumlahnya Satu

Yang wajar tentunya seseorang itu berpacaran dengan satu orang, jadi tidak ada istilah ban serep. Pacaran akan menjadi tidak wajar bila sang cowok atau cewek mempunyai niat dalam waktu bersamaan berpacaran lebih dari satu orang. Teman, sahabat biasa saja boleh lebih dari satu dan sebanyak-banyaknya, namun yang dipilih menjadi pacar harus satu; kecuali kalau memang tidak cocok, maka kemudian berpisah dan cari pacar yang lain lagi.

2. Tidak Mengikat


Pacaran berbeda dengan menikah, jadi sifatnya masih belum mengikat, jadi sangat wajar kalau mereka yang sedang pacaran kalau masih memiliki banyak teman, masalahnya memang tidak mengikat. Kalau seandainya masih pacaran saja sudah terikat seperti ?terpenjara? , tidak dapat dibayangkan seandainya sudah menikah. Kira-kira belasan tahun lalu ketika saya masih menjadi guru, ada seorang rekan kerja saya yang wanita, pacarnya itu pencemburu sekali. Pernah terjadi karena pacarnya tidak dapat menjemputnya hari itu, lalu ada seorang rekan lain guru Fisika mengantarnya ke stasiun bis, maka keesokan harinya timbul masalah. Cowoknya itu datang mencarinya, dan timbul perkelahian, sungguh memalukan.

3. Dewasa


Dalam hal berpacaran juga diperlukan kedewasaan, di depan kita sudah sebutkan bahwa pacaran yang hanya hura-hura, makan-makan, jalan-jalan, nampaknya hanya menghambur-hamburkan uang dan waktu. Tidak ada waktu untuk saling mengenal satu dengan yang lain. Setiap orang itu unik, latar belakang berbeda, sifat dan cara didik dari orang tua juga berbeda. Semua perbedaan ini akan coba dipersatukan dalam jangka waktu yang tidak diketahui namun singkat. Ada orang yang hanya pacaran setengah tahun sudah menikah, ada yang lebih dari itu. Diperkirakan tidak cukup waktu untuk mengenal lebih dalam, oleh sebab itu pacaran merupakan kesempatan yang ada untuk kedewasaan kita mengenal satu dengan lainnya. Perbedaan pendapat dan konsep ada kemungkian terjadi, namaun mereka yang dewasa memiki sikap hormat dan menghargai pendapat orang lain.

4. Seimbang

Seimbang di dalam arti yang luas, ekonomi, pendidikan, umur dan iman kepercayaannya. Terlalu banyak ditemuakn persoalan kalau merka yang berpacaran dan tidak memperhatikan keseimbangan ini. Memang tidak semua, tetapi umumnya, mereka yang dari keluarga kaya akan menganggap remeh yang miskin, mereka yang berpendidikan akan merasa lebih hebat. Demikian juga umur, memang cukup mengagetkan kalau kita melihat ternyata ada pasangan yang perbedaan umurnya menyolok. Beberapa pasangan menjalani hubungan dengan penuh kesetiaan, namun tidak jarang juga mereka menjalaninya dengan berbagai motivasi, ada yang karena melihat harta kekayaan sehingga si cewek bersedia menikah dengan yang beruban, walaupun yang ganteng dan muda banyak menanti.

5. Kasih


Saling mengasihi adalah kunci utama di dalam berpacaran yang wajar. Mengasih juga bukan di dalam pengertian merasa kasihan kepada pacar kita. Tetapi kasih yang muncul dari hati yang terdalam, yang dimulai dengan pandangan pertama, kemudian diteruskan dengan saling mengenal satu dengan yang lain. Pacaran yang wajar seharusnya terjlain saling kasih-mengasihi, sebab ini merupakan
pondasi pentingnya. Tanpa cinta kasih namanya bukan pacaran , itu hanya teman atau sahabat karib.

6. Sabar & Menguasai diri


Cinta kasih itu menghasilkan kesabaran, dan pacaran yang wajar juga perlu kesabaran, tidak boleh mendahului apabila belum saatnya. Mereka yang berpacaran mesti menahan diri, tidak boleh melanggar wilayah dan batas etika serta moral, terutama di dalam keeratan hubungan. Berpacaran bukan patokan mati untuk menikah, itu sebabnya kalau suatu saat memang tidak cocok, maka tatkala kedua insan itu mengambil keputusan untuk pisah, maka perpisahannya juga merupakan perpisahan yang baik-baik, artinya mereka bukan menjadi musuh, tetapi terjadi perubahan dari teman istimewa menjadi teman biasa.

           2.   Pacaran atau Pendidikan

    Jika disuruh memilih antara pacaran atau pendidikan, dapat dipastikan jawaban para remaja dan mahasiswa akan memilih pacaran dengan tanpa melalaikan pendidikan. Akan tetapi, sering kita dapati pelajar atau mahasiswa yang terkadang anjlok nilainya secara drastic, karena kebanyakan para pelajar ataupun pelajar melalaikan atau menomor duakan pendidikan. Kalaupun ada yang bisa mengimbangi antara keduanya merupakan hal yang langka bagi kalangan remaja dan mahasiswa.
    Masalah tersebut sangat dekat dengan jiwa para remaja baik taat maupun yang tidak, dalam ajaran Islam pacaran dan ikhtilat dengan perempuan yang bukan mahramnya itu sangat diharamkan. Namun problemanya dalam pendidikan kita terjadi ikhtilat juga. Kedua permasalahan ini ibarat seperti mata uang. Jika salah satunya hilang maka bukan mata uang. Begitu juga dengan para remaja, jika tidak pernah merasakan tertarik pada lawan jenis. Pada kondisi seperti ini maka jiwa psikologis perlu dipertanyakan. Untuk menghadapi problema semacam ini, ada obat penawarnya;
1.    dalam pacaran hendaknya tolong menolong dalam berbuat kebaikan. Sehingga hubungan yang kalian bisa berjalan dengan manis dan romantis.
2.    pacar kalian hendaknya kalian jadikan sebagai teman curhat
3.    khusus pria jangan serakah untuk menikmati tubuh pacar kalian. Karena itu bukan hak kalian
           3.   Pandangan Pacaran menurut Agama
1. Menurut Agama Kristen
Tuhan menginginkan yang terbaik untuk kita dalam setiap aspek kehidupan. Termasuk diantaranya hubungan kita dengan kekasih/pacar. Kita berkencan untuk mendapatkan kesenangan, persahabatan, pengembangan kepribadian dan memilih kawan, bukan untuk popularitas atau untuk merasa aman. Jangan biarkan lingkungan pergaulan memaksa kamu memasuki situasi kencan yang kurang pantas. Ketahuilah bahwa lebih dari 50% remaja putri dan lebih dari 40% remaja putra tidak pernah berkencan pada masa-masa SMA. Alkitab memberikan kita beberapa pegangan yang jelas untuk membimbing kita dalam membuat keputusan mengenai soal kencan/pacaran.
  1. Jagalah hatimu.
    Alkitab mengatakan kepada kita untuk berhati-hati dalam memberikan/menyampaikan kasih sayang kita , karena hati kita mempengaruhi segala sesuatu dalam hidup kita.
"Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." ( Amsal 4:23 )
  1. Kamu akan menjadi seperti teman-temanmu bergaul.
    Kita juga cenderung menjadi seperti teman-teman sepergaulan kita. Prinsip ini berhubungan erat dengan yang hal yang pertama dan sama pentingnya dalam pergaulan seperti dalam hubungan kencan/pacaran.
"Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." ( 1 Korintus 15:33)
  1. Orang Kristen hanya boleh berkencan/berpacaran dengan sesama Kristen.
    Biarpun berteman dengan teman non-kristen tidak dilarang, mereka yang khususnya dekat di hati haruslah orang percaya yang sudah dewasa yang merupakan pengikut Kristus yang taat dalam hidupnya.
"Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? " ( 2 Korintus 6:14 ).
  1. Apakah itu cinta yang sesungguhnya?
    1 Korintus 13:4-7 mendeskripsikan cinta yang sesungguhnya. Tanyalah hatimu pertanyaan-pertanyaan berikut:
Apakah kalian sabar satu sama lain?
Apakan kalian baik terhadap satu sama lain?
Apakah kalian saling cemburuan?
Apakah kalian suka menyombongkan baik diri sendiri maupun sang pasangan?
Apakah ada kerendah-hatian dalam hubungan kalian?
Apa kalian kasar memperlakukan satu sama lain?
Apa kalian saling mementingkan diri sendiri?
Apa kalian mudah marah terhadap satu sama lain?
Apa kalian suka mengingat-ingat kesalahan sang pasangan di masa lalu?
Jujurkah kalian satu sama lain?
Apakah kalian saling melindungi?
Apakah kalian saling mempercayai?
Kalau jawabanmu “Ya” untuk semua pertanyaan diatas, artinya 1 Korintus 13 seperti Firman Tuhan berkata, kalian sungguh saling mengasihi satu sama lain. Kalau ada jawabanmu yang “Tidak” atas pertanyaan-pertanyaan di atas, artinya mungkin kalian harus mendiskusikan hal-hal di atas dengan pacarmu.
Beberapa prinsip yang akan menolongmu untuk memutuskan apa yang pantas dan yang tidak dalam berpacaran/berkencan:
  1. Apakah situasi yang kuciptakan mengundang dosa seksual atau menghindarinya?
    1 Korintus 6:18 berkata "Jauhkanlah dirimu dari percabulan! " Kita tidak dapat melakukan ini apabila kita mencobai diri kita sendiri karena kecerobohan kita.
  2. Bagaimanakah reputasi sang kekasih/pacar?
    Ketika menerima undangan kencan pada dasarnya seperti berkata, "Aku memiliki kesamaan pandangan dengan engkau." Hal inilah yang dapat membuat kamu menyesal nantinya. Ingatlah 1 Korintus 15:33 , "Pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik."
  3. Apakah ada pengaruh obat-obatan atau alkohol?
    Jangan merubah pandanganmu hanya untuk pacarmu.
  4. Apa aku tertarik dengan tipe orang yg salah?
    Yakinkan bahwa pesan yang kamu sampaikan dengan perbuatanmu tidak membuat orang lain merubah pandanganmu.
  5. Sadarkah aku kalau dosa itu terbit dari hati?
    Matius 5:28 berkata, "Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya sudah berzinah dengan dia dalam hatinya"
  6. Apakah tempat berkencanmu tepat dan pantas?
    Tujuan yang baik kadang terlupakan oleh godaan dan kesempatan yang terlalu besar.
  7. Apakah aku melakukan sesuatu yang merangsang secara seksual?
    Jangan melakukan kontak yang merangsang seksual seperti 'petting'.
Kalau sudah terlanjur jauh, mengapa memutuskan untuk berhenti?
  1. Tuhan itu pengampun.
    1 Yohanes 1:9 berkata bahwa Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Kamu dapat mulai sesuatu yang baru dengan Tuhan kapanpun.
  2. Tuhan itu kudus.
    FirmanNya berkata bahwa dosa sex itu salah, dan Dia tahu segala yang terbaik.
  3. Tuhan itu penuh kasih.
    Tuhan tau bahwa hubungan yang terlalu jauh sebelum pernikahan cenderung memisahkan sebuah pasangan dan mengakibatkan pernikahan yang kurang bahagia. Ia tahu bahwa banyak pria tidak mau menikahi wanita yang pernah berhubungan terlalu intim dengan pria lain
2. Pacaran menurut Agama Islam
Remaja adalah masa-masa yang paling indah, penuh dengan godaan dan larangan, namun kadang-kadang para remaja sering merasa kalo yang dia perbuat adalah tidak ada salahnya karena adanya sugesti, dan budaya barat semakin mempengaruhi pergaulan remaja kita, kita pun perlu mengetahui bagaimana rule (peraturan) dalam Islam mengenai pria dan wanita baligh bukan mukhrim (belum menikah), dalam berhubungan :
Etika pergaulan dan batas pergaulan di antara lelaki dan wanita menurut Islam
yaitu :
1. Menundukkan pandangan:
ALLAH memerintahkan kaum lelaki untuk menundukkan pandangannya, sebagaimana firman-NYA; Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. (An-Nuur: 30)
Sebagaimana hal ini juga diperintahkan kepada kaum wanita beriman, ALLAH berfirman; Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. (An-Nuur: 31)

2. Menutup Aurat
ALLAH berfirman dan jangan lah mereka mennampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka melabuhkan kain tudung ke dadanya. (An-Nuur: 31) Juga Firman-NYA; Hai nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: Hendaklah mereka melabuhkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenali, kerana itu mereka tidak diganggu. Dan ALLAH adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (An-Nuur: 59).
Perintah menutup aurat juga berlaku bagi semua jenis. Dari Abu Daud Said al-Khudri .a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: Janganlah seseorang lelaki memandang aurat lelaki, begitu juga dengan wanita jangan melihat aurat wanita.

3. Adanya pembatas antara lelaki dengan wanita
 Kalau ada sebuah keperluan terhadap kaum yang berbeza jenis, harus disampaikan dari balik tabir pembatas.Sebagaimana firman-NYA; Dan apabila kalian meminta sesuatu kepada mereka (para wanita) maka mintalah dari balik hijab. (Al-Ahzaab: 53)

4. Tidak berdua-duaan Di Antara Lelaki Dan Perempuan
 Dari Ibnu Abbas .a. berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: Janganlah seorang lelaki berdua-duaan (khalwat) dengan wanita kecuali bersama mahramnya. (Hadis Riwayat Bukhari & Muslim)
Dari Jabir bin Samurah berkata; Rasulullah SAW bersabda: Janganlah salah seorang dari kalian berdua-duan dengan seorang wanita, kerana syaitan akan menjadi ketiganya.
5. Tidak Melunakkan Ucapan (Percakapan)
 Seorang wanita dilarang melunakkan ucapannya ketika berbicara selain kepada suaminya. Firman ALLAH SWT; Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara (berkata-kata yang menggoda) sehingga berkeinginan orang yang ada penyakit di dalam hatinya tetapi ucapkanlah perkataan-perkataan yang baik. (Al-Ahzaab: 32)
Berkata Imam Ibnu Kathir; Ini adalah beberapa etika yang diperintahkan oleh ALLAH kepada para isteri Rasulullah SAW serta kepada para wanita mukminah lainnya, iaitu hendaklah dia kalau berbicara dengan orang lain tanpa suara merdu, dalam pengertian janganlah seorang wanita berbicara dengan orang lain sebagaimana dia berbicara dengan suaminya. (Tafsir Ibnu Kathir 3/350)
6. Tidak Menyentuh Kaum Berlawanan Jenis
 Dari Maqil bin Yasar .a. berkata; Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi itu masih lebih baik daripada menyentuh kaum wanita yang tidak halal baginnya. (Hadis Hasan Riwayat Thabrani dalam Mujam Kabir) Berkata Syaikh al-Abani Rahimahullah; Dalam hadis ini terdapat ancaman keras terhadap orang-orang yang menyentuh wanita yang tidak halal baginya. (Ash-Shohihah 1/44 Rasulullah SAW tidak pernah menyentuh wanita meskipun dalam saat-saat penting seperti membaiat dan lain-lainnya. Dari Aishah berkata; Demi ALLAH, tangan Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat membaiat. (Hadis Riwayat Bukhari)
Inilah sebahagian etika pergaulan lelaki dan wanita selain mahram, yang mana apabila seseorang melanggar semuanya atau sebahagiannya saja akan menjadi dosa zina baginya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW; Dari Abu Hurairah .a. dari Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya ALLAH menetapkan untuk anak adam bahagiannya dari zina, yang pasti akan mengenainya. Zina mata dengan memandang, zina lisan dengan berbicara, sedangkan jiwa berkeinginan serta berangan-angan, lalu farji yang akan membenarkan atau mendustakan semuanya. (Hadis Riwayat Bukhari, Muslim & Abu Daud)
Padahal ALLAH SWT telah melarang perbuatan zina dan segala sesuatu yang boleh mendekati kepada perbuatan zina. Sebagaimana Firman-NYA; Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan jalan yang buruk. (al-Isra: 32)

4.     Keuntungan dan Kerugian dari Pacaran
Keuntungan selalu dinilai dari hasil yang didapat.Tampa hasil berarti bukan berarti keuntungan.Sedangkan kerugian adalah hasil yang buruk yang ditimbulkan dalam melakukan suatu usaha maupun tindakan inilah kerugian.Kalau baik dapat berarti keuntungan ,Kalau buruk tentunya bermakna kerugian.
Pacaran yang dibahas di sini adalah hubungan sebelum menikah. Pacaran sebelum menikah bermakna sebuah hubungan coba – coba yang belum jelas arahnya,dengan tujuan mengenal pribadi lawan jenisnya.Kadang bukan sekadar mengenal tapi lebih kedalam.
Adapun keuntungan serta kerugian dari pacarn yang dapat kami simpulkan adalah sebagai berikut.
Keuntungan Pacaran antara lain :
  1. Mendapatkan perhatian lebih dari orang lain alias pacar yang kita pacari.
  2. Mudah membuang keluhan,unek-unek,alias berbagai curhat permasalahan yang terjadi dalam hidup kepada pacar kita.
  3. Ada pendengar setia di saat senang maupun duka.
  4. Ada yang mentraktir baik makan,pulsa,dsb disaat kantong kosong.
  5. Tidak akan kesepian diri kita,karena ada yang setia menemani everytime everywhere.
Kerugian Pacaran antara lain :
  1. Mengurangi waktu kita,waktu kita 24 jam.Untuk berkomunikasi dengan pacar membutuhkan waktu -/+ 5 – 10 jam perhari.
  2. Menghambat kerja otak,karena memikirkan satu obyek saja [pacar] akan membuat otak kita semakin sempit dan dangkal.Belum lagi si pria Playboy
  3. Membuat berbohong,jelas sudah daripada aib kita ketahuan ,lebih baik berbohong.
  4. Menghabiskan uang,apalagi zaman modern seperti ini.Habis uang pulsa,uang bensin,dan uang – uang lainnya
  5. Menghambat cita- cita.Cita-cita di dapat dari suatu imajinasi dalam pikiran kita,jika pikiran kita sudah berimajinasi kepada pacar,tentunya akan menghambat.
  6. Menambah dosa,karena dapat menimbulkan nafsu birahi.
  7. Memunculkan fitnah,nanti kalau berduan di dalam rumah.Bisa Digerebek warga..
  8. Menambah aib keluarga,jika tidak dapat menjaga nafsu tentunya bisa married accident.
  9. Mengulur – ulur pernikahan.Sudah tidak heran lagi,karena keasikan pacaran,sehingga mengulur – ulur pernikahan.
  10. Dapat menimbulkan efek sakit hati,apabila putus sehingga menimbulkan Mantan Pacar.Mantan Pacar ini berbahaya ,karena bisa main hati setelah sudah beristri besok.
  11. Mengurangi kewibawaan lelaki,memang hanya wanita yang dapat membuat lelaki luluh.Tapi kalau tidak tepat waktunya,akan menghancurkan lelaki itu sendiri.
5.Dampak positif dan negatif  kemesraan dalam pacaran

1.Proses Terangsang & Kepuasaan Wanita dan Pria

Wanita jangan tertipu oleh perasaanmu bahwa engkau tidak apa-apa, engkau tidak terangsang, engkau lain dengan cowokmu, ketika engkau belum apa-apa, cowokmu sudah mengelora. Laki-laki sangat mudah terangsang hanya karena punggungnya tersentuh oleh ‘buah dadamu’ ketika engkau membonceng dibelakang motornya, atau dia sekejap saja ‘melihat’ beberapa bagian tubuhmu, atau ketika tangannya menyentuh beberapa area wilayahmu. Ketika engkau hanya ‘geli’ si dia sudah gelisah.

2. Point of No Return'
Ada titik tertentu dimana seseorang terangsang dan tidak mungkin kembali lagi untuk bisa menguasai dirinya secara normal. Akan muncul rasa gelisah, tidak bisa tidur dengan tenang. Beberapa orang tidak bisa mengendalikan dan terus melangkah lebih intim sampai mengalami orgasme atau ejakulasi (pria) walaupun tanpa melakukan persetubuhan. Beberapa orang tidak bisa meneruskan karena  kondisi, tetapi karena telah mencapai titik ini, maka menyalurkannya melalui onani dan masturbasi setelah pulang pacaran.
Sering timbul pertengkaran ketika pacaran telah mencapai tahap keintiman dan mulai melakukan kemesraan semacam ini. Terjadi tarik ulur antara tuntutan, permintaan dan penolakan. Sering masuk dalam konflik batin bahwa si dia tidak suka, tidak sayang sama saya, buktinya tidak mau melakukan keintiman yang diinginkan, sedang pihak lainnya masuk dalam konflik batin bahwa si dia tidak mengasihi saya, tetapi bernafsu dengan saya.
Setiap orang memiliki tingkat penguasaan diri berbeda-beda, tergantung dengan jenis kelamin, usia, kedewasaan dan kerohaniannya. Secara umum wanita lebih mampu menguasai diri dan butuh waktu lebih lama dan terlibat perasaan yang mendalam untuk mencapai titik ini, sedangkan laki-laki secara umum sangat mudah untuk terangsang dan mencapai titik ini.

3.Positif dan Negatif Kemesraan dalam Pacaran

Kemesraan, keintiman dalam pacaran diperlukan untuk membedakan dengan persahabatan. Kemesraan menumbuhkan rasa sangat dekat, intim, rasa diperlukan dan memerlukan serta memperkuat rasa sayang, rasa cinta satu dengan lain. Keintiman adalah ungkapan rasa cinta dan sayang secara fisik. Kemesraan membuat hubungan menjadi istimewa. Kemesraan dalam batas-batas etika dan moral bisa dilakukan dalam berpacaran.

Sisi negatif yang timbul jika dalam pacaran memfokuskan hal-hal sex dan bermesraan adalah gejolak perasaan yang kuat, seperti yang dialami Amnon dalam kisah dengan Tamar, antara cinta dan kesal, senang dan gelisah, sayang dan benci bisa muncul dengan gelombang yang kuat, yang sebenarnya muncul sebagai dampak psikologis dicapainya titik ‘Point of No Return’ yang tidak tersalurkan. Sering pasangan masuk dalam pertengkaran, kesal, marah-marah dan gejolak emosi bahkan putus pacar.


Banyak laki-laki segera mengambil keputusan bahwa pacarnya bukanlah calon isteri yang dicarinya, karena dia begitu ‘mudah’. Laki-laki ada yang egois dan tetap mempertahankan ceweknya yang ‘mudah’ sebagai ‘pacar’nya untuk hiburannya, untuk temannya, tetapi bukan untuk isterinya.

Sisi negatif lainnya dengan sibuk bermesraan dalam pacaran adalah tenggelamnya issue-issue lain yang seharusnya didiskusikan sebagai persiapan pernikahan, menjadi tidak terpikirkan, terabaikan, terlupakan, karena memang cinta, sex itu kuat seperti maut. Makanya Salomo sering menulis; “Jangan membangkitkan cinta sebelum waktunya”.

Jika hubungan hanya dibangun atas kenikmatan sexual, maka hubungan itu rapuh, beberapa tahun setelah menikah, ketika kekecewaan, kekesalan, pertengkaran terjadi, saat itu sex tidak nikmat lagi, membosankan, mencapai kejenuhan, tidak mengairahkan lagi dan dengan mudahnya akan jatuh cinta, kagum dan simpati dengan orang lain yang berkarakter, yang memiliki integritas, tujuan hidup mulia.


4. AKIBAT BERPACARAN YANG MELANGGAR RAMBU ETIKA DAN ETIKET
Bila ajaran agama, etiket dan etika dalam berpacaran dilanggar secara lambat dan pasti akan berakibat kondisi yang mengerikan. Diantaranya adalah kehamilan akibat perbuatan hubungan yang terlalu jauh. Kehamilan usia muda sangat menghancurkan masa depan anak remaja.
Kehamilan terjadi jika terjadi pertemuan sel telur pihak wanita dan spermatozoa pihak pria. Dan hal itu biasanya didahului oleh hubungan seks. Kehamilan pada remaja sering disebabkan ketidaktahuan dan tidak sadarnya remaja terhadap proses kehamilan. Bahaya kehamilan pada remaja:
  1. Hancurnya masa depan remaja tersebut.
  2. Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama kehamilan karena jiwa dan fisiknya belum siap.
  3. Pasangan pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian (umumnya karena terpaksa kawin karena nafsu, bukan karena cinta).
  4. Pasangan pengantin remaja sering menjadi cemoohan lingkungan sekitarnya.
  5. Remaja wanita yang berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non medis (dukun, tenaga tradisional) sering mengalami kematian strategis.
  6. Pengguguran kandungan oleh tenaga medis dilarang oleh undang-undang, kecuali indikasi medis (misalnya si ibu sakit jantung berat, sehingga kalau ia meneruskan kehamilan dapat timbul kematian). Baik yang meminta, pelakunya maupun yang mengantar dapat dihukum.
  7. Bayi yang dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami gangguan kejiwaan saat ia dewasa.
  8. Disamping terjadinya kehamilan yang tidak dikehendaki, seks yang dilakukan sebelum menikah akan mengandung berbagai masalah antara lain tuntutan suami akan keperawanan
  9. Berbagai penyakit kelamin PMS (Penyakit Menular Seksual) seperti AIDS, sifilis, gonoroe stress berkepanjangan, kemandulan (karena infeksi) dan lain-lain akan dapat terjadi.
                                                                                                                               
6.  Tips berpacaran yang sesuai etika dan Etiket yang baik

Berkomunikasi dengan sesama manusia tidak akan terlepas dalam melakukan interaksi dengan lawan jenisnya. Proses interaksi yang lebih lanjut yang diwujudkan dengan berpacaran merupakan hal yang manusiawi dan baik bagi pengembangan aspek kematangan emosional remaja itu sendiri.

  • Hindari Berhubungan fisik lebih jauh. Setelah melalui fase “ketertarikan” maka mulailah pada fase saling mengenal lebih jauh alias berpacaran. Saat ini adalah saat paling tepat untuk mengenal pribadi dari masing-masing pasangan. Sayangnya, tujuan untuk mengenal pribadi lebih dekat, sering disertai aktivitas seksual yang berlebihan. Makna pengenalan pribadi berubah menjadi pelampiasan hawa nafsu dari masing-masing pasangan. Ungkapan kasih sayang tidak seharusnya diwujudkan dalam bentuk aktivitas seksual.
  • Saling memberi perhatian.Merancang cita-cita serta membuka diri terhadap kekurangan masing-masing merupakan bagian penting dalam masa berpacaran. Aktivitas fisik seperti saling menyentuh, mengungkapkan perasaan kasih sayang adalah hal tidak terlalu penting, namun sering dianggap sebagai bagian yang indah dari masa berpacaran. Pada batas-batas tertentu hal ini dapat diterima, namun lebih dari aktivitas tersebut, apalagi pada hal-hal yang menjurus pada hubungan seksual tidak dapat diterima oleh norma yang kita anut. Karena justru aktivitas seksual akan mengotori makna dari pacaran itu sendiri.
  • “No Seks” Katakan “tidak”, jika pasangan menghendaki aktivitas berpacaran melebihi batas. Terutama bagi remaja putri permintaan seks sebagai “bukti cinta”, jangan dipenuhi, karena yang paling rugi adalah pihak wanita. Ingat, sekali wanita kehilangan kegadisannya, seumur hidup ia akan menderita, karena norma yang dianut dalam masyarakat kita masih tetap mengagungkan kesucian.
  • memegang baik ajaran agama. Justru penilaian kepribadian pasangan dapat dinilai saat berpacaran. Mereka yang menuntut hal-hal yang melanggar norma-norma yang dianut, tentunya tidak dapat diharapkan menjadi pasangan yang baik. Seandainya iapun menjadi suami atau istri kelak tentunya keinginan untuk melanggar norma-norma pun selalu ada. Untuk itu, “Say Good Bye” sajalah…! Masih banyak kok pria dan wanita yang mempunyai iman dan moral yang baik yang kelak dapat membantu keluarga bahagia.
  • Kiat Sadar Diri Yang sering terjadi adalah pasangan lepas kendali karena terbuai aktivitas berpacaran. untuk itu beberapa tips agar tidak terbuai:
    • Niatkan bahwa tujuan berpacaran adalah untuk saling mengenal lebih dekat.
    • Hindari tempat yang terlalu sepi atau tempat yang mengandung aktivitas seksual.
    • Hindari makan makanan yang merangsang sebelum/selama pacaran.
    • Hindari bacaan/film porno yang merangsang sebelum/selama pacaran.
    • Jangan dituruti kalau pasangan menuntut aktivitas pacaran yang berlebihan, sambil mengingatkan bahwa hal itu akan mengotori tujuan dari berpacaran.
  • Niatkan bahwa tujuan berpacaran adalah untuk saling mengenal lebih dekat.
  • Hindari tempat yang terlalu sepi atau tempat yang mengandung aktivitas seksual.
  • Hindari makan makanan yang merangsang sebelum/selama pacaran.
  • Hindari bacaan/film porno yang merangsang sebelum/selama pacaran.
  • Jangan dituruti kalau pasangan menuntut aktivitas pacaran yang berlebihan, sambil mengingatkan bahwa hal itu akan mengotori tujuan dari berpacaran.
Gaya pacaran yang sehat mencakup berbagai unsur yaitu sebagai berikut:
  1. Sehat Fisik.
    Tidak ada kekerasan dalam berpacaran. Dilarang saling memukul, menampar ataupun menendang.
  2. Sehat Emosional.
    Hubungan terjalin dengan baik dan nyaman, saling pengertian dan keterbukaan. Harus mengenali emosi diri sendiri dan emosi orang lain. Harus mampu mengungkapkan dan mengendalikan emosi dengan baik.
  3. Sehat Sosial.
    Pacaran tidak mengikat, maksudnya hubungan sosial dengan yang lain harus tetap dijaga agar tidak merasa asing di lingkungan sendiri. Tidak baik apabila seharian penuh bersama dengan pacar.
  4. Sehat Seksual.
    Dalam berpacaran kita harus saling menjaga, yaitu tidak melakukan hal-hal yang beresiko. Jangan sampai melakukan aktivitas-aktivitas yang beresiko,apalagi melakukan hubungan seks.
ETIKA DAN ETIKET BERPACARAN YANG BAIK DAN BENAR
  • Kasihnya bersifat obyektif, dengan memberi apa yang baik dan dibutuhkan dengan tidak memanipulatif
  • Ubah rasa cemburu buta menjadi cemburu yang obyektif yang menuntut sesuatu yang memang sudah menjadi haknya
  • Pahami cinta romantis menjadi cinta yang realistis, sehingga tidak hanya berkisar pada hal-hal yang indah dan romantis saja, melainkan realistis sesuai keadaan
  • Fokus utama pada kegiatan-kegiatan menjadi berpusat pada komunikasi dan dialog, sehingga dapat lebih mengenal secara pribadi
  • Pemusatan perhatian dialihkan dari orientasi seksual menjadi orientasi masa depan
  • Menerapkan dan menjujung tinggi nilai moral, budaya dan agama dalam seluruh aktifitas berpacaran
  • Buat kesepakatan dengan pasangan untuk tidak berbuat lebih jauh yang menyimpang dari agama dan budaya
  • Menjadikan pacaran menjadi kesempatan yang menarik, kreatif dan menjadi persekutuan yang baik dalam Tuhan
  • Hindari situasi dan kondisi yang merangsang dorongan seks seperti tempat gelap dan sepi, tempat tertutup dan terkunci
  • Batasi waktu dan frekuensi berpacaran agar tidak terlalu sering
PENUTUP
1.     KESIMPULAN
Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Menurut Martin [1993], etika didefinisikan sebagai “the discipline which can act as the performance index or reference for our control system“.
Contoh pemahaman tentang etika yang dapat kami berikan adalah salah satu nya mengenai ETIKA DALAM BERPACARAN.
Pacaran merupakan suatu tahap menuju jenjang yang lebih tinggi atau pernikahan, atau pacaran dapat juga sebagai tahap membentuk pribadi, atau belajar mempelajari sikap lawan jenis, juga belajar bagaimana dalam menghadapi masalah dalam suatu hubungan, dan bagaimana cara kita menyelesaikan masalah itu.
Dalam berpacaran juga sangat diperlukan restu orang tua, karena orang tua merupakan wali Tuhan di dunia dan orang tua pasti menginginkan yang terbaik bagi kita
Pacaran merupakan dua orang dan dua sifat berbeda bertemu menjadi satu, tentu akan banyak perbedaan, maka sangat diperlukan sikap pengertian. dan apabila terjadi ketidakcocokan sangat diperlukan rekonsiliasi. tuntutan tidak akan menyelesaikan masalah, tetapi malah menambah masalah baru, maka sifat pengertian sangat diperlukan, disamping itu tentu harus ada sikap kejujuran dan keterbukaan, dan kepercayaan.
Pacaran memang tidak dilarang. Semua agama mengijinkan umatnya melakukan pacaran.Namun apabila tidak sesuai aturan nilai dan norma yang berlaku,maka wajar bila ada yang mengatakan bahwa pacaran itu dilarang.
2.    SARAN
Adapun saran yang dapat kami berikan adalah sebagai berikut.
1.      Mahasiswa disarankan untuk memahami mengenai etika dan melaksanakan nya dalam kehidupan sehari – hari.
2.      Mahasiswa disarankan memahami arti dari pacaran yang sesuai dengan etika
3.      Mahasiswa disarankan menjalani  masa pacaran masing-masing sesuai nilai dan norma.
DAFTAR PUSTAKA